Pohon itu cuma tumbuh sebatang, jauh dari pohon-pohon lainnya. Pohon itu entah mengapa tumbuh pada tempat tidak subur, kering dan tandus sangat jauh dengan pohon-pohon lain sejenisnya. Siapa yang membawa pohon itu sangat jauh? Apakah pohon itu tidak sengaja tumbuh di tempat jauh itu? Apakah bibitnya dulu tertiup angin? Apakah seekor burung yang tidak bertanggung jawab membawanya jauh? Atau mungkin taqdir yang membawanya ke sana.
Pohon itu bisa tumbuh dan tumbuh sendiri hingga dewasa. Pohon itu semakin mandiri dan tangguh pantang mengeluh walau jiwa terbalut keruh. Pohon itu hanya berpegang dan berserah diri pada Tuhan yang telah menciptakannya. Tuhan telah memilih dia karena hanya pohon itu yang mampu hidup sendiri di tempat itu. Pohon itu tidak pernah mengharapkan hidup berdampingan dengan pohon lain sejenisnya. Pohon itu sadar bahwa hanya dia yang bisa melalui kehidupan seperti ini.
Pohon itu sangat yakin bahwa dia akan bertahan lama, berbeda dengan pohon-pohon lain tumbuh subur bertubuh kekar dikeramaian sana. Mereka tinggal menghitung hari sewaktu –waktu gergaji mesin siap melumat mereka satu persatu tanpa ampun memutilasi menjadi bagian-bagian sesuai selera mafia-mafia flora, sampai pohon-pohon itu tak mampu melihat dunia ini lagi.
Sungguh bersyukur sebatang pohon yang hidup di atas tanah yang sangat gersang dan bebatuan. Sekarang ia tidak lagi berkecil hati. Inilah hikmahnya, walaupun tumbuh kerdil, ranting yang tidak kokoh,mudah patah dan daun-daun yang mudah rontok, namun ia masih berdiri tegak dikejauhan sana.
Burung-burung besar dan kecil, dulunya enggan berteman dengannya, kini tersipu malu menghampirinya. Mereka Kini hadir dihadapan pohon yang masih berdiri tegak di tanah kering bebatuan itu, dengan ribuan harapan mungkin masih tersisa untuk mereka.
Penulis
Akfil Zuliandri
Alamat Jalan Musolla no 7 Ds. Pasar Paloh Padang tiji, Kab. Pidie
0 Response to "Hanya Dia"
Posting Komentar