Fatimah Zuhra begitu mereka memanggilnya. Gadis cantik jelita anak kepala desa. Kemarin malam hanya duduk diam saja. Sesekali termenung sembari bersandar di depan jendela. Dari kejauhan tampak ia cemberut, merengut dan sangat kusut. Tak ada yang mampu membaca, luka apa yang membuat ia sedang berduka.
Beberapa laki-laki muda mendekati dan mencoba menghiburnya. Ada pula yang lebih gila, menggoda dengan berbagai rayuan kelas dewa. Tapi semua terasa hambar dan mentah begitu saja.
Pak Ramlah telah pasrah dengan keadaan anak satu-satunya. Berbagai tempat pengobatan alternatif, sekelas ahli nujum dan dukun berlisensi FIFA telah ia sambangi, sampai yang terakhir ke rumah sakit jiwa di pusat kota. Namun dokter tak mampu mendiagnosa, penyakit apa yang sedang ia derita.
Sungguh aneh, padahal tahun lalu sejak kepergian ibunda tercinta untuk selama-lamanya, Fatimah Zuhra biasa saja, hanya kesedihan beberapa saat, selebihnya ia kembali ceria. Tapi kali ini sangat berbeda, mungkin ada hubungan dengan kepergian kekasihnya, Maulana.
Maulana bulan yang lalu
telah pergi meninggalkan dunia, setelah tertabrak becak sepeda. Kini semua
harapan seakan hilang, masa depan tak lagi terfikirkan. Selamat tinggal dunia,
dan ia pun menggantung diri dengan seutas tali ravia, berharap berjumpa dengan
kekasihnya di surga sana. Selamat jalan Fatimah Zuhra, ia mati sia-sia.
0 Response to "Fatimah Zuhra"
Posting Komentar